Berukuran 7,69 juta kilometer persegi, benua Australia
dikabarkan terus bergeser dan bergerak ke utara. Timbul kekhawatiran benua yang
mayoritas gurun pasir tersebut akan menabrak sejumlah pulau di wilayah
Indonesia.
Dalam sebuah artikel yang dimuat dalam National Geographic menyebutkan bahwa seluruh benua di planet Bumi mengambang di atas lempeng tektonik yang bergerak di atas permukaan mantel Bumi. Lempeng tektonik benua Amerika bergerak dengan kecepatan itu dengan sedikit rotasi searah jarum jam.
Proses ini sebenarnya sudah terjadi sejak jaman
Neoproteozoik, yaitu 550-130 juta tahun lalu. Saat itu benua Australia dan
India masih tergabung dengan benua Antartika. Daratan luas ini disebut sebagai
Gondwana. Namun, akibat pergeseran lempeng, benua Gondwana ini terpisah menjadi
beberapa bagian, yaitu India dan Australia yang bergerak ke utara dan memisahkan
diri dari Antartika.
"India dan Australia masih berhubungan dengan satu
lempeng bernama lempeng Indo-Australia," ucap Nadia Alia, seorang pengajar
Geografi seperti diunhka di forum Quora.
Itu disebut dengan teori lempeng tektonik dimana pada
dasarnya mengatakan bahwa Bumi itu tidak ada yang diam.
Berkaitan dengan apa yang terjadi bila Australia terus bergerak ke arah Indonesia, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Brawijaya Malang Prof. Adi Susilo mengatakan bahwa fenomena "tabrakan" kecil sekali kemungkinannya.
"Karena saat Australia bergerak ke utara, Indonesia sendiri juga akan bergerak ke utara," kata Susilo dikutip dari Era.id.
Proses pergerakan lempeng tektonik sendiri bisa dilihat dari
kontur alam di Indonesia. Pergerakan kerak samudera Hindia ke arah utara
dianggap menjadi penyebab munculnya gunung-gunung berapi di Indonesia. Fenomena
kontur alam ini lah yang disebut sebagai Cincin Api atau the Ring of Fire.
Selain berubahnya wajah daratan Bumi, ternyata dinamika
perpindahan lempeng tektonik juga mempengaruhi teknologi yang kita pakai
sehari-hari yaitu Global Positioning System (GPS).

Post a Comment